BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Minggu, 08 Juli 2012

Happy Birthday, Njen..



Happy Birthday, Gita Ismailia I. Jenie...
Selamat Ulang Tahun, Njen..
Semakin gencar berkarya dalam tulisanmu.
Aku dukung kamu, Njen.
Have only positive expectation.

Remember this? :D
Love you, dear. Mmuaaaahhh

Senin, 26 Maret 2012

Jordhy


Jor, gue perlu ngomong penting sama lo. Gue tunggu di rumah gue sekarang.

Aku sedang dalam perjalanan menuju rumah saat Rian meng-SMS-ku. Entah kenapa, tiba-tiba hatiku berdebar kencang tak karuan saat ia membalas SMS pertanyaanku tentang apa yang ingin ia bicarakan. Balasannya hanya dua kata, tapi cukup membuatku langsung ngebut ke rumahnya tanpa berpikir panjang.

Tentang Ana.

**

“Pokoknya lo ga boleh terpancing dulu, ya.”
“Cepetan deh, ga usah basa-basi!”
Rian diam sambil menatapku. Aku merasa tahu, apa yang akan ia katakan.
“Lo jangan pikir yang macam-macam dulu, gue juga belum tahu orang itu siapa...”
Aku terus menunggu Rian meneruskan kalimatnya.
“Barusan, gue liat Ana masuk mobil bareng seorang cowok. Mereka kayaknya baru dari Cafe Silver.” Rian langsung mencegatku dengan tangannya.
“Lepasin!!” teriakku.
“Lo mau ke mana??”
“Ya gue mau ke rumahnya lah, membuktikan lo bener atau engga!”
“Jangan terburu-buru Jor! Kita harus—Jor! Jordhy!!!”
**

“Ngapain lo ngikutin gue?” tanyaku.
“Coba liat muka lo sendiri di kaca! Udah kayak monster mau nerkam mangsa. Gue ngeri lah, takut lo berbuat rusuh di sini,” jawab Rian.
Aku memandangi pintu rumah Ana. Adakah ia di dalam sana? Aku berharap, Rian hanya salah lihat. Tanpa kusadari Rian sudah memencet bel.
“Hai, Ma...” sapaku begitu melihat mama Ana membukakan pintu.
“Loh? Kamu ga jadi pergi bareng Ana, Jor? Terus sekarang Ana di mana?” Aku tercengang mendengar pertanyaan Mama.
“Oh i-iya Tan, kami kirain Ana minta dijemput di rumah. Kami telepon Ana deh, hehe. Maaf ya, Tan...” Rian segera menyeretku ke motor.
Samar-samar kudengar Mama bertanya, “Oh jadinya bertiga?”
**

“Nih, makan!” Rian menyerahkan nasi bungkus padaku.
“Ga nafsu!” jawabku.
“Heeh! Kita udah 4 jam nunggu ga jelas di sini, masa lo ga lapar?”
“Mana nafsu gue kalau mikirin Ana sekarang di mana, sama siapa, lagi ngapain sampe semalem ini belum pulang juga!!”
“Gue ngerti, man... Tapi lo makan atau ngga, mikirin dia atau ngga, ga akan ngaruh juga dengan apa yang dia lakukan sekarang.”
Aku pun melirik nasi bungkus itu dan menerimanya. Benar juga sih apa yang dia ucapkan, lagipula sejujurnya aku memang lapar.
Baru saja aku membuka nasi bungkus itu, Rian langsung menarik jaketku. Hampir aku memarahinya karena nasi bungkusku jatuh ke tanah, namun kemudian selera makanku benar-benar hilang begitu melihat sebuah mobil berhenti di depan rumah Ana.
“Itu tuh mobil tadi sore,” bisik Rian.
Begitu melihat seorang pria keluar dan membukakan pintu—yang ternyata untuk Ana—aku langsung menghampiri mereka tanpa menghiraukan panggilan Rian di belakangku.

“Dia siapa?” tanyaku dingin mengejutkan Ana. Ana terlihat pucat dan tak menjawab, membuatku gemas.
“Jawab, DIA SIAPA??” bentakku sambil menarik tangannya.
Pria yang bersama Ana segera melepaskan genggaman tanganku, “Lo jangan kasar sama cewek gue!”
Refleks mendengar kalimatnya, aku pun memberikan bogemku pada pria itu sampai ia terjatuh. Aku terus memukulinya, sampai Rian menahanku.
“Lo ga usah ikut campur deh!!” teriakku pada Rian.
Aku melepaskan diri dari Rian, ingin melanjutkan pukulanku, namun aku melihat Ana sudah di depan pria itu, melindunginya sambil menangis. Aku terhenyak.
Sejak kapan ia menangis? Aku tidak sadar. Aku bahkan tidak tahu lagi harus bagaimana selain pergi dan meng-gas motorku kencang-kencang.
**

Bagiku, kamu adalah tawa
Lalu, hari ini kamu siapa?
Siapakah kamu sehingga menangis untuk dia?

Aku tidak mengenalmu....



Kamis, 22 Maret 2012

galau night

Tema siaran hari ini: Long Distance Relationship

oh Gosh! malapetaka apa ya aku dikasih tugas bawain ini new program, udah judulnya galau night, bahasnya tentang pacaran mulu. Perdananya tentang cinta, terus PDKT, terus putus, terus sekarang LDR pula. Aku kan jadi keinget-inget masa lalu, phew!

'script-nya ada di ruang rapat ya, Lon... biasalah lo tambah-tambahin apa kek, artikel, atau curhatan orang, atauuuu... curhatan pribadi juga boooleh', my dearest kampret-est producer, Uli.

'Liiiiii....', kataku berusaha mencubit lengan Uli, tapi cekatan sekali orang ini menghindar.

'Tema hari ini, lo banget deh, Lon, hahahhaha', aku melempar bantal sesegera mungkin, tapi lagi-lagi Uli sudah mengantisipasinya, alhasil itu bantal nggak kena siapa-siapa.

Haaaah, curhat prebadeeee, listener-nya aja ABG-ABG labil gitu, mana ngerti curhatan gue

***

"So... the point is... kalau kalian berani untuk menjalani hubungan jarak jauh, ya berani pulalah dengan segala konsekuensinya, yang penting sih... saling komunikasi, keterbukaan, dan TRUST, itu harga mati. Ok, galau-ers... nutup acara kita malam ini, gue puterin request-an dari... Jordhy, yang katanya udah pantengin ini program dari minggu pertama ada, tapi request-annya nggak pernah diputerin nih. Ok deh Jordhy, this song especially for you, Adelaide Sky by Adhitia Sofyan, enjoy listeners, I'm Alona Wulandari pamit, see you next week, byeeee.....!"

Di ruang siaran, sudah ada Nono yang nantinya akan membawa program supper, menemani para pendengar sampai tengah subuh.

'gileee nih listener lo yg namanya Jordhy, galau abis dia kayaknya... puterin dong Kak Lona, lagunya Adelaide Sky buat Cantikku yang entah dimana sekarang. Puterin ya, Kak, empat kali dengerin siaran Kakak nggak diputer-puter terus. hahahahhha geli gw bacanya, cantikku, cantikku'

'kayak lo nggak norak aja, No... Lu manggil siapa tuh mantan lo, siapa... ? Miii... siapa Mia... Mila.. eh siapa... Miii...'

'Millyyyyy...', kata Nono

'cieeee.... masih inget nih, katanya udah masa lalu... apa tuh panggilan sayang lo ke dia, iiiiiii... i apa, No'

'imut... puas lo puaaaas, Lon?!', sama seperti tadi siang, bantal yang dilempar Nono juga nggak kena sasaran. Ternyata, aku sama cekatannya dengan Uli.

Selasa, 17 Januari 2012

Jordhy


“Seminggu ini kok kamu susah dihubungi sih?!”
“Ya ampun, Sayang! Aku baru dateng kamu langsung ngambek-ngambek kayak gini....”
Tangannya memeluk pinggangku.
“...Maaf. Tapi aku beneran kesel, kamu kayak bukan pacar aku selama seminggu ke belakang,” nadaku melunak. Dia diam tetap memelukku.
“Ditelepon jarang angkat, SMS lama bales, dijemput dan pulang bareng juga nolak. Setiap aku tanya, kamu selalu bilang sibuk, sampai aku capek untuk hubungi kamu lagi.”
“Aku kangen kamu...” Hanya kalimat itu yang diucapkannya. Kini hatiku yang melunak karena itupun sebenarnya inti setiap kemarahanku. Aku pun membalas pelukannya.
**

“Dia ga bales SMS gue lagi!!”
“.....”
“Dia kenapa sih?! Gue telepon juga selalu bilang sibuk! Dia maunya apa sih?!???”
“.....”
“Gue kan pacarnya, ga bisa apa dia ketemu gue sebentar aja! Bokap-nyokap aja ga sesibuk dia! Lama-lama gue capek, liat aja, gue ga akan hubungi dia lagi, biar tahu rasa dia! Kali ini gue sungguh-sungguh, ga akan lembek lagi!”
“.....”
Rian tak bergeming, membuatku iri melihatnya tidur nyenyak malam ini. Haaah, sudah berapa malam aku tidak tidur nyenyak? Kulirik lagi Rian di tempat tidurnya, rasa iba sedikit membuatku merasa bersalah. Dia satu-satunya tempat pelampiasanku mengeluh setiap malam, memintanya menemaniku sepanjang malam menunggu balasan SMS sang kekasih yang entah sekarang hidup di dunia mana.
“Cih!” Kali ini kubiarkan Rian tidur nyenyak di rumahnya.
**


Kamis, 28 April 2011

Rumah

"Tumben malem gini baru pulang, Lon.. bukannya ganti siaran siang kan?"

"Iya, Mam... abis nyiar tadi ke kontrakannya Rano, terus ngobrol sana sini, lupa waktu deh.. hehe... Sowwry, Mam..."

"ya.. tapi kan bisa kabarin Mama, jadi kan tahu, Alona..."

"Siap bos!" kataku sambil bergaya hormat layaknya pada sang merah putih

"Jadi... gimana, Lon? sudah dipikirkan itu tawaran Pakdemu, beasiswa S2 itu lho?"

Goshhhh... baru juga pulang, baru juga ambrukin diri ke sofa empuk, udah nanyain kayak gitu lagi.

"Ambillah, Lon... kesempatan mahal lho itu!" see? belum juga aku jawab
"Mmmmh... belum dipikirin, Mam... lagi sibuk banget nyiapin program baru nih. Hoahhhhm, Mam ngantuk... ke kamar dulu ya, Mam" dan kuberi kecupan kecil di pipi Mamam.

"Luangkan waktu untuk mikirin beasiswa itu lho, Lona..."

dan aku hanya berjalan sambil lalu.

Terjun bebas ke kasur, tengkurap, dan...
"ARRRGGGGHHHH!!" sambil kupukul-pukul itu bantal empuk, resah menghadap kanan dan kiri
S2 S2 S2 beasiswa beasiswa beasiswa, harus ya harus???!

Gelisah, kesal, sesekali memukul-mukul bantal atau guling kembali dan pada akhirnya aku lelah, sama lelahnya memikirkan kesempatan mahal itu. Kutarik selimut menutupi seluruh badanku dan memilih untuk tidur saja. Tanpa cuci muka. Tanpa gosok gigi.

Sabtu, 16 April 2011

Jordhy

Gelap.
Aku merasakan ada sepasang tangan yang sedang menutup mataku. Wangi ini...betapa aku merindukannya. Ada suara cekikikan yang lembut.... Ya, itu suaranya dan aku merindukannya juga!
“Sayang...” selanjutnya aku hanya bisa tersenyum.
“Aaah, kok kamu bisa tebak aku sih?” Ia melepaskan tangannya.
Aku berbalik. Ia masih cantik, bahkan semakin cantik. Apalagi saat ini mulutnya melengkung ke bawah karena merasa tidak berhasil mengerjaiku. Senyumku semakin melebar. Aku memeluknya dengan erat.
“Ya iyalah, aku tahu. Aku kangen banget sama kamu...”Aku mempererat pelukanku.
“Aku juga,” ia membalas pelukanku.
“Kenapa sih kamu ga ijinin aku untuk jemput kamu? Kenapa kita harus janjian di sini?”
Aku masih memeluknya meskipun orang-orang di restoran ini mulai memperhatikan kami. Aku tidak peduli. Rinduku begitu memuncak.
“Hehehe, kan aku pengen ngasih surprise sama kamu. Nih, aku beliin kemeja batik buat kamu. Kamu pasti bakalan ganteng banget kalo pakai ini, Sayang! Aku juga beli dress yang warna dan coraknya mirip, jadi nanti kita pakai bareng,” dia tersenyum padaku. Cantikku.
“Ih, gombal!” Wajahnya bersemu merah. Aku tak menyadari kata itu terucap.
“Kamu memang cantikku,” aku memegang dagunya...dan kembali memeluknya, memuaskan rasa kangenku.
**

Senin, 21 Maret 2011

Cepat sembuh, Nono!

"So... this is the last song from me sebagai request dari Rano a.k.a Nono, get well soon, No! Vienna Teng-I Don't Feel So Well... Enjoy and see ya next week!"

Playlist pun memainkan musik pesanan Rano itu, ya Nono si rekan kerja bawelku. Hari ini aku menggantikannya siaran.

Haduh... gue mencret2, Lon... gantiin Shiny Sunday gue ya bebeb... muah mmmmuah, Vienna Teng as the last song, pleasseee... :D

Begitulah sms permohonannya kemarin yang pada akhirnya merenggut hari santaiku, fuh! Dasar Rano! Gara-gara makan Bebek Pak Slamet tuh yang sambelnya biji semua itu jadi mecret-mencret, iuuuhhh... how gross!
Jadi... mau kemana nih sisa hari Minggu? Hmmm, males pulang kalau sudah telanjur pergi keluar begini.Yaaah daripada daripada cuci  mata ke mall yang pada akhirnya bukan cuma sekadar liat-liat, gimana kalau.... nengokin Rano? Oke! Belanja buah dulu ah buat my Nono...

***

"Nih gue beliin buah-buahan, kurang baik apa sih sobat lo ini, udah gantiin siaran di hari bebas gue, beliin buah pula dengan duit sendiri"
"Pamrih neh... pamrih..."

"Hahahaha, bercanda lah, Nonoooo... tawaku sambil menepuk pundaknya"

Aku berjalan ke dapur minimalis milik Nono, bermaksud cari pisau untuk memotong buah-buahan dan menikmatinya berdua.

"Duh! dimana lagi sih pisau,No?! udah gue bilang kan simpen di satu tempat itu sendok, garpu, peso, biar ga susah gini nyarinya sih ah!"

"Enjeh, Bu... ada di kamar mandi kayaknya"

"Ngapain pisau di kamar mandi? Percobaan bunuh diri lo?? mau beset urat nadi, gitu ya?
"Yeh... sadis amat pikiran lo, cincin gue nyangkut sih di saluran wastafel", dan aku hanya menggeleng

Aku dan Nono sama-sama menikmati buah kami. Tertawa-tawa seperti biasa, sesekali, hmmm well sering sih... obrolan kami terputus karena gejolak usus Nono tak tertahankan...

Nono keluar dari kamar mandi dengan wajah yang memelas dan meringis, sedikit berkeringat kurasa. Nono mengusap-usap perutnya dan duduk kembali bersamaku.

"Jadi... kapan nih Alona lanjut S2? Dalam negeri atau luar negeri nih?"

"Nooooooooo... stop acting like my family!!" sambil mencubit perut Nono yang memicu kontraksinya kembali